Kesimpulan
Dari tinjauan historis singkat di atas, kami menyimpulkan bahwa neoliberalisme pada intinya adalah siklus “penyesuaian:” spiral menurun bagi kelas menengah dan pekerja dan spiral menaik bagi perusahaan multinasional, pemilik bank, dan kelas berkuasa domestik yang terhubungan dengan negara dan sirkuit eksternal. Dialektika “penyesuaian” tampak pada polarisasi struktur kelas yang tinggi. Ketika gaji jatuh dan sumberdaya-sumberdaya domestik diambilalih oleh modal asing, pejabat publik dan kelas politik tidak bisa menghimpun kekayaan melalui jalur yang normal.
Neoliberalisme kemudian menjadi suatu doktrin yang menarik untuk memudahkan praktek korupsi, termasuk komisi-komisi dan kerjasama bagi pejabat publik yang mengetuai proses privatisasi itu, imbalan keuangan dari kapialis lokal untuk perdagangan dan konsesi-konsesi sumberdaya, dan dukungan bagi kesepakatan perburuhan yang pro bisnis.
Etika baru tentang kekayaan pribadi mengikis aset publik dan mengubah sebagian besar politisi elektoral menjadi penganut neoliberal. Ke luar dari sektor publik bermakna, mengambil sejumlah besar kekayaan untuk kepentingan pribadi dalam jangka pendek, sebelum sektor swasta mengambilalih semuanya. Pada gilirannya, negara korup memudahkan terjadinya akumulasi kekayaan pribadi yang menjadi basis bagi kerjasamanya dengan sektor swasta yang mendapatkan keuntungan dari penjualan perusahaan-perusahaan publik. Dengan perilaku seperti itu, sebuah pembacaan politik terhadap SAPs menyediakan kerangka yang lebih sesuai dalam memahami neoliberalisme, ketimbang mengakuinya sebagai suatu strategi ekonomi.
Siklus neoliberal elektoral dan spiral ekonomi-sosial berlanjut secara tumpang tindih. Setiap saat selalu menyediakan kondisi-kondisi yang lebih radikal untuk tindakan sosial dan politik. Suatu patahan dalam siklus ini tidak ditentukan secara struktural tapi, tergantung pada intervensi kesadaran politik yang tumbuh dari gerakan kelas bawah secara bersamaan. Selama ini, politik oposisi telah dibelokkan pada setiap titik krisis neoliberal karena ketiadaan sebuah alternatif sosialis yang sistemik. Itu sebabnya, proses gerakan di luar neoliberalisme, tidak hanya berupa naluri sosial tapi, harus dimulai secara politik. Analisa kami menyarankan gerakan sosial-politik yang baru, memiliki tantangan yang besar di luar kerangka kerja elektoral. Selama gerakan oposisi berkutat pada proses pemilu untuk menghancurkan rejim neoliberal, selama itu pula akan terus menuai kegagalan. Sebabnya, kerangka kerja pemilu sangat membatasi operasi gerakan oposisi selanjutnya. Bagi kami, penghancuran neoliberalisme hanya mungkin berlangsung di gelanggang ekstra-parlementer, oleh kekuatan politik yang bergerak di luar pragmatisme politik kiri-tengah (centre-left).
13.4.06
Siklus Politik Neoliberal: “Penyesuaian” Amerika Latin Menuju Kemiskinan dan Kemakmuran di Era Pasar Bebas (Bagian 7)
Posted by Unknown at 7:39 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment